YOGYAKARTA, BERITAANDALAS.COM – Anak muda sebagai agent of change, akan menjadi pemimpin 10-15 tahun mendatang. Hal ini menjadi urgensi untuk pelajar menjadi pemimpin dan mulai melek politik.
Alya Putri Humaira dalam diskusi ‘Generasi Muda dan Demokrasi’ yang diselenggarakan oleh IKPM Empat Lawang-Yogyakarta bersama IKPM Provinsi Bengkulu menyampaikan, representasi perempuan di dunia politik dapat dikatakan sangat minim.
“Perempuan yang berkarir dalam dunia perpolitikan masih merasa sangat tabu dengan latar belakang, sosial budaya, budaya patriarki, perbedaan gender serta diskriminasi. Sementara, pemerintah sudah melakukan upaya untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam proses pemilihan,” kata Alya.
“Saya sering sekali berdiskusi langsung dengan salah satu anggota DPRD Kabupaten Empat Lawang. Beliau menyampaikan bahwa tidak ada perbedaan yang dominan antara laki-laki dan perempuan di dalam politik, keduanya memiliki hak dan kewajiban yang sama, seperti hak untuk memilih bahkan untuk dipilih,” tambah dia.
Alya mengatakan pentingnya keterlibatan perempuan dalam dunia politik, yaitu untuk memastikan kesetaraan gender. Terdapat regulasi sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan partisipasi perempuan, yaitu dengan sistem yang mengatur bahwa setiap partai politik yang ingin mengajukan kandidat dalam pemilihan DPD RI, DPRD Kabupaten/Kota, Provinsi bahkan RI harus terdapat 30% perempuan.
“Misalnya ada tiga bakal calon, maka terdapat sekurang-kurangnya satu orang perempuan. Namun dalam hal ini, perempuan hanya diberi akses pencalonannya saja, untuk mendapatkan kursi tetap melalui proses pemilihan dan berdasarkan hasil KPU,” terangnya.
Hal utama yang membuat minimnya partisipasi perempuan dalam politik adalah diskriminasi dan budaya patriarki. Kata dia, sebuah anggapan bahwa derajat perempuan dibawah laki-laki. Perempuan adalah makhluk lemah dan diperlakukan sesuai dengan kemauan laki-laki.
“Dari stigma ini akan bermunculan impact negatif, yaitu ketika perempuan menganggap politik menjadi sesuatu yang tabuh dan meyakini bahwa sudah menjadi hukum alam yang tidak dapat diubah bahwa perempuan dibawah laki-laki, sehingga saat berlawanan dengan kaum laki-laki dalam pencalonan misalnya, akan timbul rasa pesimis untuk menang, dan laki-laki pun akan merasa gengsi dipimpin oleh seorang perempuan,” ujar Alya.
Dalam diskusi ini, Alya bersama dengan Kharisma Dwi Saputra (caleg terpilih DPRD Kota Bengkulu) mengharapkan anak muda untuk ikut berperan aktif dalam menyukseskan Pilkada 2024 mendatang.
“Peran anak muda saat ini sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan Pilkada. Dari data Pemilu lalu, di PPS Seluma, jumlah DPT yang berasal dari anak muda sampai diangka 56 %, lebih dari setengah jumlah DPT. Artinya suara anak muda sangat berpengaruh,” pungkas dia. (Ludfi)