PALEMBANG, BERITAANDALAS.COM – Pasangan Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) nomor urut 01, HM Dja’far Shodiq dan Abdiyanto, serta paslon nomor urut 02, H. Muchendi Mahzareki dan Supriyanto, mengikuti debat publik pertama guna menyampaikan visi dan misi, Jumat (1/11/2024) malam d Hotel Novotel Kota Palembang.
Dari pantauan suasana debat publik terlihat Muchendi Mahzareki tampil lebih aktif dan lugas menyampaikan visi dan misinya. Serta dapat menjawab pertanyaan dari panelis dan paslon nomor urut 01, Dja’far Shodiq dan Abdiyanto (Jadi).
Muchendi yang juga mantan Wakil Ketua DPRD Sumatera Selatan itu, tampil kompak dengan bergantian menjawab dan memberikan pertanyaan bersama Cawabup Supriyanto.
Berbeda dengan paslon Dja’far Shodiq yang terlihat gugup dan lebih banyak mendorong agar Cawabup Abdiyanto untuk menjawab pertanyaan panelis dan paslon dari nomor urut 02.
Dalam momen tanya jawab itulah, Shodiq terlihat kesulitan menanggapi beberapa pertanyaan sejak awal debat, bahkan sempat meminta wakilnya, Abdiyanto, untuk menjawab pertanyaan terkait limbah dari perusahaan yang ada di OKI.
Namun, saat pertanyaan dari panelis mengenai peningkatan terhadap pencemaran air sungai di Kabupaten OKI yang berasal dari limbah industri pertanian, perkebunan, perikanan dan domestik, yang tentu diharapkan adanya solusi tepat dari paslon 01. Shodiq tampak percaya diri menjawabnya.
Ia mengungkapkan berbagai pengalamannya sebagai petani yang akan melakukan solusi untuk menanggulangi limbah pabrik
“Ini kayaknya pertanyaan sudah saya alami selama berada di kebun dengan PT Sampoerna. Bagaimana supaya habitat tak rusak antara jarak sungai, dan itu juga harus ada tanaman. Itu juga sudah saya alami, baik mengenai limbah. Saya tahu persis bagaimana agar binatang-binatang itu tidak mati sesuai dengan kehidupan di perusahaan masing-masing,” urainya.
Tidak dapat melanjutkan jawaban akibat terlihat gugup, akhirnya mic diberikan kepada Abdiyanto yang kemudian memberikan statement.
“Ya, tentunya kita akan memaksimalkan pembuatan amdal (analisis mengenai dampak lingkungan), perusahaan tersebut harus mematuhi amdal dan kita akan menggalakkan ekonomi hijau. Serta memperhatikan sumber daya alam dengan tetap menjaga lingkungan dan tidak mengganggu ekosistem di alam dengan mematuhi perundang-undangan yang sudah ditetapkan, contohnya program bank sampah,” paparnya.
Bukannya mendapat simpati, jawaban ini justru menuai respons negatif. Karena pendapat ini justru menceritakan pengalaman sebagai petani, namun tidak ada solusi yang konkrit.
Menanggapi jawaban itu, Muchendi menyatakan bahwa di Kabupaten OKI banyak perusahaan perkebunan dan tentu itulah yang dapat mendikte dampak pencemaran lingkungan.
“Maka itulah sebagai pemerintah daerah harus menyampaikan kepada stakeholder perusahaan untuk menaati asas aturan-aturan yang sudah berlaku. Karena kita ingin masyarakat tidak tercemar dampak lingkungan pabrik yang ada di Kabupaten OKI. Tentunya kita melakukan penegakan hukum yang tepat agar perusahaan ini tidak melenceng dari apa yang sudah diterapkan Pemkab OKI,” sebutnya.
Menurutnya, calon bupati nomor urut 01 tadi menyebutkan berpengalaman, namun tak mendengarkan apa yang menjadi langkah-langkahnya.
“Kami tidak mendengarkan apakah langkah yang akan diambil untuk mencari solusinya,” sambungnya.
Panelis memberikan kesempatan kembali paslon 01 untuk menjawab, akan tetapi yang memilih menjawab justru Abdiyanto.
“Sebenarnya Pak Shodiq tadi jawabannya kurang lengkap, tetapi saya akan melengkapi jawabannya, karena setiap perusahaan harus menaati analisis amdal tersebut. Maka dari itu kami menyarankan seluruh stakeholder menaati dalam menjalankan usahanya. Dan kita mengutamakan pengelolaan tata kelola atau dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus mengurangi dampak lingkungan,” tuturnya Abdiyanto terbata-bata. (Ludfi)